APA beda belajar bahasa Inggris di tempat
kebanyakan dibandingkan dengan di Sang Bintang School (SBS)? Mengapa bisa jadi
6 bulan bisa! bahkan 6 minggu bisa!? Tentu jawabannya adalah metode. Metode
adalah segalanya. Seperti kata ungkapan yang perlu kita ralat, practise doesn’t
make perfect. Tapi perfect practise makes perfect.
SBS melengkapi lembaga nya dengan genius lab yang bertugas mendata, menginventarisir, lalu membuat beberapa hipotesis serta rekayasa yang kemudian disimulasikan untuk mengarah pada target yang ingin dicapai. Hasil tersebut mewujud dalam bentuk prinsip-prinsip yang lalu diterjemahkan menjadi tindakan atau action yang dibarengi dengan aturan-aturan sedetil mungkin. Praktek yang dilakukan, dikontrol, dievaluasi dan diperbaiki lagi.
Jadi ada tahapan-tahapan yang dilakukan untuk
melahirkan metode yang dibutuhkan. Dibutuhkan untuk apa? Tentu untuk mencapai
target yang diinginkan.
Yuk kita bahas satu persatu. Pertama genius
lab perlu mendata dan menginventaris. Data apa? Pertama data perilaku peserta
belajar (kita sebut sebagai geniuzen) umumnya. Kemudian data reaksi dan
tindakan apa yang dilakukan pengajar (kita sebuat sebagai geniusmate). Dan
ketiga data apa hasil dari perilaku (geniuzen) serta reaksi dan tindakan
(geniusmate) tersebut.
Genius lab menemukan bahwa banyak perilaku geniuzen
tidak seiring dengan target yang mereka pasang sendiri. Sehingga apa pun
tindakan atau reaksi geniusmate jadi kurang berarti. Karena itu geniusmate
tidak cukup hanya pandai bahasa inggris, tapi juga mampu menjaga motivasi
geniuzen tetap di jalur targetnya. Maka pada situasi ini geniusmate mesti
mengerti psikologi yang tepat sekaligus mampu menjadi motivator.
Yang kedua genius lab juga menemukan bahwa
seringkali geniuzen menurunkan targetnya setelah dia mendapat “cobaan” lain
seperti manejeman waktu yang kurang baik, banyaknya beban kuliah (jika
mahasiswa) atau beban kerja (jika pegawai). Apa efeknya dalam pembelajaran?
Kadang geniuzen jadi sulit ditebak. Pada kondisi ini maka pengajar mesti
menjadi teman (mate). Karena motivasi saja tidak cukup. Mereka bukan tidak
termotivasi, tapi mereka bingung bagaimana menyikapi.
Jika urusan target dan perilaku beres, maka tim geniusmate mesti memiliki coach (pelatih kepala) atau dia sendiri berperan sebagai coach. Yaitu orang yang bisa memberi “resep” berupa kurikulum yang tepat bagi geniuzen. Dan tim pengajar mesti tetap memegang prinsip bahwa setiap orang itu berbeda, mengetahui apa target geniuzen serta bagaimana perilaku mereka satu persatu. Ketiga hal ini hanya bisa diketahui lewat pra kelas yang tepat. Apa itu pra kelas? Yaitu terdiri dari tes awal (pre test), dan wawancara (pengenalan mendalam lewat dialog).
Maka proses belajar selanjutnya adalah menjaga
agar kurikulum itu terlaksana. Apa hambatan terlaksananya kurikulum itu?
Pertama jangan dianggap sebagai hambatan tapi tantangan. Mengapa? Karena urusan
hambatan (sesuatu yang dari internal geniuzen) sudah dibereskan di pra kelas,
dan pembuatan (penyesuaian) kurikulum yang tepat. Tantangan selanjutnya adalah
tugas geniusmate meramunya menjadi tindakan atau reaksi yang tepat. Pada saat
ini diperlukan geniusmate yang tekun, sabar tapi tetap optimis dan progresif.
Tantangan kedua adalah bagaimana meramu
keberagaman geniuzen (target dan karakter) menjadi sebuah lingkungan yang
kondusif. Nah pada saat ini diperlukan skill geniusmate sebagai seorang leader. Apa itu leader? Yaitu orang yang berani membawa orang yang dipimpinnya
menuju pelabuhan yang sama dengan tetap menjaga keberagaman/ keunikan. Wah
berat sekali yah tugas seorang geniusmate? Menjadi geniusmate tidak berat,
bahkan menyenangkan. Yang berat adalah si coach nya. Perlu kualifikasi tertentu
untuk menjadi seorang coach yang berhasil.
Apa yang membuat tugas coach menjadi lebih
mudah? Tidak ada pekerjaan yang mudah. Tapi coach mesti cerdik memanfaatkan
lingkungan kelas yang terbentuk, target geniuzen dan trik-trik “rahasia”nya
yang mujarab. Apa trik-trik itu? Pengetahuan atau prinsip coach yang dibarengi
dengan jam terbang serta kreatifitas. Jadi jika coach tidak memiliki itu maka
metode yang sudah diterapkan tentu akan sulit memuaskan semua pihak. Tapi jika
coach bisa cerdik maka bukan hanya target yang digapai tapi pembelajaran
menyenangkan yang sepertinya mimpi akan menjadi terimplementasi. Dan
selanjutnya follow up yang cukup dan tepat akan memastikan bahwa budaya belajar
yang jenius bisa dimiliki para peserta belajar.
===================================
Kuasai bahasa inggris hanya dalam 6 Minggu, MAU :)?
Info lebih lanjut hubungi :
http://wa.me/6281352480920
http://wa.me/6285733243496
No comments:
Post a Comment