KISAH DI SBS, PERUSAHAAN PARA PEMBELAJAR
Oleh Iwaza, Palembang
"Aku ingin keluar dari Sang Bintang School". Kalimat ini sempat muncul di benak saya ketika belum lama bergabung dengan Sang Bintang School (SBS). Saya baru nyemplung ke SBS kurang lebih empat bulan saat itu.
Sebelumnya, saya tidak pernah berencana untuk berkarir (saya lebih enak menyebutnya berkontribusi) di SBS. Jauh sebelum itu, saya hanya berencana untuk-jika tidak menjadi pengusaha, saya mau menjadi dosen olahraga. Saya tidak pernah melamar kerja di SBS. Saat itu saya hanya ditawari oleh manajer SBS Palembang untuk mengajar di sana. Kebetulan, saat itu saya baru saja "tertolak" di tahap wawancara dalam proses melamar kerja di salah satu bimbel terkenal di Palembang. Jadi, ketika ada tawaran di SBS, saya terima tanpa berpikir panjang.
TERSENTUH OLEH "JURNAL INDONESIA JENIUS"
Selama masih mengajar di SBS, niat saya untuk resign dari SBS masih kuat. Saya berencana untuk menghabiskan waktu saya di SBS selama satu tahun saja. Setelah itu "I’m sorry goodbye!". Dari awal masuk saya hanya berniat untuk belajar mengajar dan sistem pembelajaran di SBS. Motivasi yang ada masih belum kuat menahan saya untuk tetap tinggal di SBS hingga akhirnya ada yang mengubah niat saya untuk keluar dari SBS.
Ia yang telah telah mengedukasi saya tentang apa yang sedang diperjuangkan SBS tersebut adalah Jurnal Indonesia Jenius, sebuah kumpulan tulisan dari siswa, karyawan, instruktur, dan kontributor yang dijilid menjadi sebuah buku. Karena ia lah, SAYA PUN BERKOMITMEN UNTUK TERUS BERKONTRIBUSI DI SANG BINTANG SCHOOL. Semoga saya istiqomah.
Ternyata ya, begitu pentingnya jurnal Indonesia Jenius! Ide yang sederhana, tapi sangat bermanfaat. :)
SBS ITU BEDA. KENAPA?
Ketika ditanya tentang pekerjaan saya, saya biasanya kesulitan menjelaskan apa itu SBS. Ada yang langsung bertanya “sekolah artis, tuh?” Pertanyaan yang lucu.hehe Ya, mungkin karena ia melihat kata “Sang Bintang”, jadi ia kira SBS itu sekolah biar bisa jadi artis. Atau ada juga yang bertanya, “kamu kerja di kursus?” Jujur saja, saya bingung mau jawab apa. Saya berpikir tidak tepat jika SBS disebut kursus. Tapi dari pada jawaban saya membingungkan penanya, ya udah saya jawab saja, “Ya, saya kerja di tempat kursus!”
SBS itu beda. Saya pernah berdiskusi dengan salah satu pemilik bimbel di Indralaya. Saat itu beliau tahu kalau saya dan teman-teman di Indralaya membuka SBS dengan program Kampoenk Jenius. Beliau bertanya “Habis ini mau ngapain,ke?” Saya jawab, “Mengajar di SBS.”
Meskipun begitu akhirnya saya ungkapkan juga apa yang menjadi alasan saya kenapa “setia banget” dengan SBS. Beliau sempat menjelaskan pada saya ketika saya menjawab bahwa saya akan tetap mengajar di SBS. Katanya, yang isinya kurang lebih begini “Kita itu mesti punya visi besar, Ke. Kalau saya sih punya visi untuk bisa membangun hotel, mempunyai hotel, Ke.” Saya bisa mengerti maksud beliau. Dengan penjelasan yang tak begitu bagus saya juga menjawab kalau SBS juga punya visi untuk membangun satu universitas.
Saya jelaskan juga kalau pada intinya SBS ingin mengubah paradigma guru, siswa, dan masyarakat yang salah tentang pendidikan, seperti menganggap bahwa belajar itu identik dengan duduk, diam, dan mendengarkan atau menganggap bahwa siswa cerdas hanyalah mereka yang nilai pelajaran Matematika, IPA dan Bahasa Inggrisnya di atas rata-rata, dan masih banyak lagi.
Itulah kenapa program-program yang dilaksanakan SBS tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial pemilik dan karyawan, meskipun saya bisa katakan kalau di sini menjanjikan kesejahteraan untuk seluruh karyawan bahkan untuk siswanya. Jadi, kalau Anda mau kaya, Anda bisa bekerja di SBS.
Namun, lebih dari itu program-program, sistem dan budaya kerja di SBS lebih berorientasi untuk mengedukasi masyarakat, karyawan, bahkan juga peserta program-program SBS tentang bisnis, sosial, pendidikan, dan juga dakwah. SBS adalah perusahaan para pembelajar.
DIPUJI NAMUN ADA JUGA YANG MERENDAHKAN
Seperti kata Mr. Yunsirno pendiri Sang Bintang School, SBS ini memiliki program yang aneh namun alhamdulillah selama tahun berjalan, SBS diterima oleh banyak kalangan masyarakat: dosen, siswa, guru, dan orangtua terutama di Pontianak di mana SBS pertama kali berdiri. Sampai-sampai kampanye “tanpa mencatat” SBS menggugah dosen di Universitas Tanjungpura untuk menerapkan “tanpa mencatat” ini di kelasnya. Dengan begitu, dosen tersebut harus memastikan metode yang ia pakai dalam menjelaskan harus menyenangkan, tidak membosankan, dan mampu membuat mahasiswanya tertarik untuk memperhatian dan terlibat dalam pembelajaran.
Namun demikian, tentu saja masih banyak orang yang meremehkan konsep belajar SBS .
Salah satu program SBS “Kampoenk Jenius 6 Minggu Bisa!” ternyata masih banyak juga yang mempertanyakan. “Apa iya bisa bahasa Inggris hanya dengan belajar selama 6 Minggu?” Bagi saya, itu wajar-wajar saja. Ini juga penting sebagai bahan motivasi untuk menciptakan dan menyempurnakan sebuah sistem belajar yang efektif.
Asal tahu saja, Mr. Yunsirno si pencipta metode Kampoenk Jenius ini bukanlah sarjana pendidikan. Beliau adalah sarjana ekonomi. Ini tentunya adalah hal yang sangat luar biasa ketika seorang sarjana ekonomi ternyata bisa menciptakan sebuah metode belajar bahasa Inggris yang efektif dan disukai banyak orang.
Saya pikir Mr. Yunsirno pasti sadar bahwa beliau butuh orang-orang yang lebih paham soal pendidikan, soal “teaching and learning”. Namun lebih dari itu, Mr. Yunsirno pasti lebih butuh mereka yang punya kecintaan yang besar untuk berkontribusi dan belajar. Percuma cerdas, jika motivasinya lebih banyak di “To Have” (memiki fasilitas dan sebagainya). Nah, mungkin Anda salah satu dari mereka yang cocok untuk bergabung menjadi salah satu pejuang pendidikan di Sang Bintang School?
====================
Kuasai bahasa inggris hanya dalam 6 Minggu, Mau :)?
http://wa.me/6281352480920
====================
Kuasai bahasa inggris hanya dalam 6 Minggu, Mau :)?
http://wa.me/6281352480920
No comments:
Post a Comment