oleh: Yunsirno
Membuka kelas-kelas Sang Bintang School tak hanya memuaskan semangat belajar mengajar, tapi juga hasrat travelling. Apalagi kita hidup di negeri super indah yang luas bernama Indonesia.
Beberapa tahun lalu saya dan tim berkesempatan membuka kelas di beberapa lokasi di propinsi paling barat negeri ini: Aceh. Salah satu kota yang kami jeniuskan adalah Lhokseumawe. Kota ini adalah salah satu kota legendaris dalam sejarah penyebaran islam di Indonesia.
Iseng-iseng liat peta, ternyata Lhokseunawe adalah kota di provinsi Aceh yg terdekat dari Sumatera Utara. Jaraknya ke ibukota Sumut itu sekitar 244 km. Bandingkan jaraknya ke Banda Aceh 206 km. Dan tak jauh dari Medan, ada Danau Toba!!! Jaraknya sekitar 165km (titik Parapat).
Maka di tengah kesibukan, saya cari2 kesempatan tuk traveling ke sana. Kesempatan gak datang dua kali...
WISATA PRIORITAS
Tidak seperti beberapa tahun lalu tersebut, saat ini transportasi ke Danau Toba sangat lebih baik. Selain sudah ada bandara raksasa Kualanamu, kemudahan fasilitas lain juga tersedia. Apalagi sejak Menteri Pariwisata Arif Yahya menetapkan danau ini sebagai satu dari 10 kawasan wisata prioritas.
Pertama kali melihat Toba, mata ini serasa tak percaya. Super indah. Liat fotonya aja sudah kesemsem dg kecantikannya. Ternyata aslinya lebih cantik lagi. Mata saya seakan tak berkedip melihat ciptaan Tuhan di utara pulau Sumatra ini.
Danau Toba ini sendiri ternyata adalah danau vulkanik terbesar di dunia. Ia memiliki panjang sekitar 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Menurut sejumlah ilmuwan, danau air tawar terbesar ini terbentuk karena erupsi hebat Gunung Toba yang terjadi pada 74.000 tahun lalu. Bahkan menurut para ilmuwan NASA, letusan tersebut konon membinasakan sekitar 60% makhluk hidup di Bumi.
Saking luasnya, Danau Toba ini mengelilingi tujuh kabupaten berbeda, yakni: Kabupaten Tobasa (Toba Samosir), Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo dan Kabupaten Humbang Hasundutan.
Saat saya mengunjungi Toba, saya mencoba menjelajahi perairannya dengan kapal yang tersedia. Ternyata banyak sekali turis turis asingnya terutama yg bule. Bahkan di kapal ukuran sedang yang saya naiki sepertinya semua penumpang nya adalah bule kecuali kami. Mana ya turis-turis lokal.
Berdekatan dengan turis-turis bule membuat saya tak tahan untuk berdialog dengan mereka. Salah satu bule itu adalah pasangan dari Belanda yang begitu menikmati perjalanannya. Mereka bercerita bahwa wisata adalah jadwal rutin tahunan yang mereka lakukan di tengah kesibukan kerja mereka. Dan bangganya kita saat Toba adalah salah satu impian mereka.
No comments:
Post a Comment